Tunjuk Diri Sendiri, Sebelum Menunjuk Orang Lain
Tunjuk Diri Sendiri, Sebelum Menunjuk Orang Lain
Pagi tadi saya sempat tertegun dan kaget. Ketika melihat daftar nama-nama donatur yang ditetapkan oleh panitia kegiatan. Saya memang ketika itu tidak hadir. Ketidakhadiran saya karena pekerjaan inti yang tidak bisa ditunda. Ternyata orang-orang yang hadir berebut menyebutkan nama orang lain yang akan menjadi donatur.
Ketika beberapa orang yang dicantumkan namanya, ia menolak. Begitupun ketika nama-nama lain dicantumkan, orang itu pun mengonfirmasi tidak bersedia menjadi donatur. Kejanggalan di sini adalah, ketika berani menyebutkan nama orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak berkenan.
Saya mendapat cerita itu hanya bisa tersenyum dan mengatakan kata "miris" di dalam hati. Miris ketika kita diberi kesempatan baik, tidak dimanfaatkan, malah menunjuk orang lain yang belum tentu berkenan. Apalagi ini berlomba-lomba dalam kebaikan mengikuti kegiatan keagamaan.
Terdapat satu nama donatur. Sebut saja namanya A. Ia berada di lingkungan kami. Rumahnya masih posisi mengontrak. Menjalani rumah tangga baru beberapa tahun. Mereka pasangan muda. Saya anggap rumah tangganya pun masih meniti. Beberapa orang menyebutkan si A itu sebagai donatur. Apa sebab ia dimasukkan dalam donatur? Karena ia dianggap sebagai anak dari seseorang yang terpandang di kota kami. What?? Atas dasar itukah kita men-judge seseorang sebagai orang mampu? Apalagi orang tuanya dari si A itu sudah meninggal, bahkan pamornya pun sudah tidak ada. Kecuali keluarga dari si A lainnya yang memang masih terpandang.
Saya hanya ingin berpendapat, ketika kita ingin melakukan kebaikan, apalagi di jalan Tuhan, mari bersama kita jalankan. Rereongan kalau dalam bahasa Sunda. Jangan pernah kita mengandalkan orang lain, sebelum kita mengeluarkan kewajiban kita terlebih dahulu.
Ingat, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Saya menganggap, sebuah keburukan jika kita selalu berharap kepada orang lain. Tunjukkan terlebih dahulu kemampuan kita, setelah itu kalau kita belum mampu melakukannya, baru kita bisa memohon pertolongan kepada orang lain.
Hilangkan label donatur. Cukup berat mengantongi label tersebut. Lain soal (mungkin) diberikan kepada pengusaha atau orang-orang mampu yang lebih rezekinya. Cukup kata sirkulir yang familiar di kalangan kita untuk masyarakat biasa. Itu pun sirkulir yang tidak dipatok dan tidak pula memberatkan. Berkenan memberi alhamdulillah, tidak juga tidak pula menjadi masalah.
Saya berharap, jika ingin melakukan kebaikan, tunjuk terlebih dahulu diri kita sendiri sebelum menunjuk orang lain. Pahamilah keadaan orang lain. Bukan hanya ingin selalu mudah mendapat sesuatu, tetapi sesuatu itu hasil dari orang lain. Pengecualian, kalau memang kita masuk di dalam daftar kaum dhuafa atau 8 golongan yang masuk sebagai penerima zakat.
Wallahu'alam bishawab
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih, pak dede
Salam literasi
Salam literasi juga
Sukses selalu bu, salam literasi
Salam literasi
Setuju bgt say. Oma jg pernah ga cm skli. Oma lg ga ada eh ...ga cm diumumkan tp sdh dtls donatur. Pd hal kekuangan dana sdh oma ttp. Ga mksd pamer, lho. He he...itu terjadi di reuni. Skrng sy ga mau lg urusan bgtu. Bkn ga mau donasi, tp ga beretika kan? Sdg yg nunjuk sdri gamau nyumbang sedikitpun. Hadehh ..eh kok curhat ya? Maapkeeuun...
Iya Oma. Banyak kasus terjadi demikian. Nyuruh orang donasi/sedekah, dia sendiri nggak. Hehehee...
Kadang orang masih menghormati kesuksesan ayah si Fulan ketimbang prestasi Fulan. Padahal ayah Fulan dan si Fulan tentu akan berbeda. Sukses Cin...
Betul, Mak. Salam sukses untuk Emakku yang Kece tulisan2nya. Salam sehat.
Keren sekali tayangannya, mantap. sehat dan sukses selalu Bu Ria
Terima kasih, bun Yeli